Minggu, 14 Agustus 2011
KEMURNIAN CINTA
Ely Ajach > LUMBUNG
SUMBER DAYA (LSD)
HARAPAN MAKMUR
KRANDON LOR
Kemurnian Cinta
Cerita ini aku mulai saat
aku duduk di bangku SMA
Swasta yang terkenal di
Salatiga. Namaku Arman,
saat ini aku menjadi
wakil ketua OSIS di SMA
ku. Meski posisiku seperti
itu, aku merasa tak
terbebani dengan hal itu.
Hari ini adalah hari
pertamaku masuk
sekolah, dengan
jabatanku yang seperti
ini, aku mempunyai tugas
dalam melaksanakan
MOS. Hal yang selalu
dilakukan semua sekolah
saat perkenalan. Dalam
acara ini aku berharap,
aku bisa mendapatkan
kekasih yang sesuai
dengan keinginanku. Aku
bukan tipe cowok yang
terlalu memilih pasangan.
Karena aku pernah punya
beberapa kekasih yang
berbeda agama
denganku. Semua itu
terjadi saat aku duduk di
bangku kelas XI.
MOS kali ini berbeda
engan tahun kemarin.
Semua itu dilakukan
karena untuk balas
dendam atas apa yang
pernah dilakukan kakak
kelas kita terhadap kita
pada tahun di mana kita
masuk pertama kali.
Peserta MOS kita kerjaiin
habis-habisan. Kami
menyuruh mereka
mengenakan seragam
para pahlawan desa.
Dengan ketentuan
sebagai berikut.
• Laki-laki
1. Mengenakan topi
perang saat bertani.
2. Memakai sepatu bot
hitam polos.
3. Membawa karung goni
sebagai tas
4. Melarang meraka
makan saat kegiatan
berlangsung.
• Perempuan
1. Mengenakan topi
perang pak tani dan bu
tani.
2. Memakai sepatu hitam
polos
3. Membawa karung goni
sebagai tas.
Menyenangkan memang
bias mengerjai mereka
semua. Namun saat dari
terakhir MOS, aku
merasa ada sesuatu yang
mencakar-cakar hatiku.
Aku baru menyadari
betapa kejamnya diri ini
menerjai peerta MOS
seperti ini.
Seminggu telah berlalu,
kegiatan MOS pun telah
usai. Hari Senin ini aku
mulai ikut pelajaran rutin
di kelas. Beberapa teman
baru yang belum aku
kenal. Saat melihat
seorang gadis manis
dengan senyum semerbak
anggrek, hatiku merasa
tercuri. Mataku tak mau
lekang saat melihat
parasnya yang begitu
mempesona. Ingin
rasanya aku memilikinya.
Semua usaha aku lakukan
untuk mendapatkan
cintanya. Dan ternyata
usaha yang aku lakuakan
tak sia-sia. Aku berhasil
menyanding Rara
siprimadona. Kita lalui
hari-hari kita bersama.
Suatu hari saat aku dan
Rara melewati sebuah
toko boneka. Bola mata
Rara enggan diajak
berlari dari tempat itu.
Matanya terus
menerawang satu boneka
sapi yang bohai. “Beb,
ayo jalan”, perintahku.
Namun kakinya enggan
berjalan. Dia seperti ingin
memiliki boneka itu. Ku
gandeng tangan Rara
dank u tarik untuk
berjalan. Saat di jlan dia
berkata, “ Cint, aku
pengen boneka sapi
tadi.” Mendengar
perkataan itu, hatiku
terguncang hebat.
Rasanya ingin sekali aku
menuruti keinginannya
itu. Namun saat ini aku
tak ounya uang untuk
membelikannya. ku coba
member pengertian
kepadanya aar dia tahu
keadaanku. Dia pun
memaklumiku.
Sepulang jalan-jalan tadi
siang, aku terus kepikiran
dengan boneka itu.
Bagaimana aku bias
membelikan boneka itu
untuk Rara? Harauskah
aku mencurinya? Atau
aku harus menabung
uangku untuk? Namun
jika aku menabung, harus
berpa lama?
Ku dengar diluar kakakku
Vandi sedang berbicara
dengan temennya.
Mereka mencari pekerja
sementara untuk
menggantikan bang
Narto yang sedang sakit.
Tiba-tiba otakku
mengeluarkan ide
cermelang. Aku
mendekati mereka
berdua.
“ Mas,kalau aku
menggantikan bang
Narto gimana?” ucapku.
Mendengar ucapanku itu
merka berdua terhentak
jiwanya. “ Kamu yakin
Man? Apa kamu kuat
menjalaninya? Ini
pekerjaan berat”, jelas
kakakku. Aku berusaha
meyakinkan kakakku
agar aku diijinkan
bekerja menggantikan
bang Narto.
Selama tiga hari aku
absen sekolah. Selama itu
aku bekerja menggantik
an bang Narto. Berat
memang menjadi tukang
bangunan. Bertarung
dengan sinaran jarum-
jarum matahari. Meski
begitu aku tetap
semangat. Karena ini
semua aku lakukan untuk
Rara kekasih yang begitu
aku cintai. Selama aku
absen, Rara selalu
mencariku. Dia
mengkhawatirkan
keadaanku. Naun aku tak
memberitahunya kalau
aku menjadi tukang
bangunan. Aku
membohonginya. Aku
memberi alas an
kepadanya, kalau aku
sedang pergi ke rumah
nenekku di Jogja.
Tiga hari telah berlalu,
kini aku menikmati
gajianku. Seratus ribu
rupiah uang hasil kerjaku
salama tiga hari ini.
Mungkin bagi sebagian
orang uang ini bernilai
sedikit. Namun bagiku
teramat banyak.
Sepulang kerja, aku
bergegas ke took yang
menjual boneka sapi itu.
Senang rasanya aku bias
membawakan boneka
keinginanya ke
pangkuannya.
“ Mbak saya ingin boneka
sapi itu ”’ ucapku pada
slah satu pelayan toko
itu.
Diambilkannya boneka
sapi bercorak hitam putih
itu. Harga boneka itu
delapan puluh sembilan
ribu. Mengetahui
harganya, aku pun
langsung meminta tolong
kepada mbak pelayan
untuk membungkus
kanya. Selesai di bungkus
aku pun membayarnya.
Pukul 19.30 WIB, aku
mendatangi rumah Rara.
Melihatku datamg ke
rumahnya, Rara sedikit
terhentak. Dia tak
percaya kalau aku dating
ke rumahnya. Di dalam
kamimengobrol.
Membicarakan kegiatan
di kelas saat aku tak
berangkat.
“ Beb, aku punya sesuatu
untukmu”, bisikku kea lat
pendengarannya.
Dia tampak penasaran
dengan apa yang akan
aku berikan. Aku ajak dia
bercanda agar dia
tambah penasaran. Tak
kuat aku, terus
menggodanya,kemudian
ku berikan apa yang aku
bawa. Dia begitu senang
menerima apa yang aku
berikan.
“ Cint, makasih ya? Tapi
kamu punya uang dari
mana?” tanyanya polos.
Kemudian aku jelaskan
kegiatanku selama tiga
hari ini. Dia tak percaya
akan apa yang aku
lakukan.
“ Cint, kamu sebenarnya
gak perlu lakyin ini
untukku. Apalagi kamu
harus rela absen sekolah
hanya demi boneka ini.”
Ucapnya.
Namun ku jelaskan semua
ii. Aku ikhlas menjalani
semua ini. Aku hanya
ingin membuatnya
bahagia.
Malam itu berakhir. Aku
lanjutkan aktifitasku di
sekolah. Hari Kamis OSIS
mengadakan rapat.
Raoatini berisi tentang
pembubaran panitia
MOS. Hasil rapat itu,
semua anggota pengurus
OSIS pria diwajibkan
mengikuti camping ke
gunung merapi. Kegiatan
itu akan dilaksanakan
sabtu ini.
Tibalah hari dilaksanak
annya camping itu. Kami
berangkat dari sekolah
pukul 13.30 WIB. Tak lupa
kami membawa bekal
untuk hidup satu malam
di gunung. Aku berpamit
kepada kekasihku. Dia
memberi ijinnya untukku
mengikuti camping ini.
Perjalanan dari sekolah
ke Magelang memakan
waktu selama satu jam.
Pukul 16.30 kami mulai
menaiki bebatuan dinding
alam raya. Di tengah
perjalana aku tersadar
kalau jaketku ketinggala
n. “ dret.. dret.. dret”’
getar hp q. sebuah sms
dari Rara. Memberitah
uku kalau jaketku
tertinggal. Dia akan
menyusulku
membawakan jaketku.
Hati pun berkecamuk
bingung. Haruskah ku
keluarkan rasa bangga
apa rasa lasihan
terhadapnya. Dia
memaksaku untuk
menungunya. Aku turuti
permimtaannya kali ini.
Empat jam aku
menunggunya di gubug di
tengah kebun. Orang
yang ku tunggu-tun
gguakhirnya datang juga.
Dia tampak kelelahan
dari perjalan panjang
yang amat tajam.
Lama perjalanan yang
kami tempuh. Udara di
atas amatlah dingin. Bulu
mengkudugku
bergoyang-goyang bebas
di angan-angan.
Pemandangan dari atas
amatlah indah. Desa-desa
yang begitu agung
tampak lembut dari atas.
Perjalanan sangat
melelahkan. Minggu
siang kami sampai di SMA
tercinta.
Kegiatanku mulai penuh
lagi. Penuh akan
pelajaran yang
membosankan. Pagi ini
aku tak melihat
kekasihku datang
menuntut ilmu. Aku
melihat seorang
berpakaian serba hitam
masuk ke ruang guru.
Entah apa yang dilakukan
orang itu. Namun
sepertinya ia membawa
berita duka.
Sepuluh menit berlalu.
Pak Azmi masuk ke kelas
kami. XII IPS 1. Kabar
yang beliau sampaikan
tak begitu ku sangka-sam
gka. Hal yang membuat
hati initerus terguncang
hebat. Kekasih yang aku
kasihi kini meninggalk
anku selamanya. Asma
yang diderita selama ini
mengakhiri segalanya.
Kekasihku tercinta hilang
selamanya. Cinta yang
diberikan begitu tulus.
Dia rela mengorbankan
dirinya hanya untuk
jaketku semata.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar